Katekese Lima Menit 
5 Perintah Gereja Edisi 3 
“Mengikuti Ekaristi Hari Minggu dan Menghindari pekerjaan yang dilarang”


Dalam katekese kali ini kita akan melanjutkan pembahasan katekese sebelumnya tentang lima perintah Gereja yang kedua yaitu “Ikutilah perayaan Ekaristi pada hari Minggu dan pada hari raya yang diwajibkan; dan janganlah melakukan pekerjaan yang dilarang pada hari itu.”

Pembahasan tentang mengikuti Ekaristi pada hari minggu dan hari yang diwajibkan sudah kita bahas pada katekese sebelumnya. Dalam katekese tersebut kita diingatkan supaya kita merayakan hari minggu dan hari yang disamakan dengan hari minggu yakni dengan cara mengikuti Ekaristi. 

Lalu, apakah berarti mengikuti Ekaristi adalah suatu kewajiban? Saat ini, seringkali kita hanya memandang Ekaristi sebagai suatu kewajiban saja. Sebenarnya hal itu bukan sesuatu yang salah tetapi juga bukan sesuatu yang sangat tepat. Dikatakan sebagai kewajiban karena sudah jelas bahwa hal itu ada dalam 5 perintah Gereja dan bahkan dalam 10 perintah Allah yakni perintah untuk menguduskan hari Tuhan. Akan tetapi ketika kita memandang Ekaristi sebagai suatu kewajiban saja, maka mungkin kita akan merasakan kehampaan dalam Ekaristi. Karena kita hanya datang ke Gereja untuk memenuhi kewajiban tanpa adanya kesiapan hati, duduk, mendengarkan lalu pulang, tidak ada buah Rohani yang diperoleh. 

Berarti, bagaimana harusnya kita memandang Ekaristi? Rasul Yohanes pernah mengatakan bahwa bukti cinta manusia kepada Allah adalah dengan melakukan perintah-Nya. Maka kita perlu memandang Ekaristi sebagai bentuk cinta. Ya, pertama-tama tentu bentuk cinta Tuhan yang rela mengurbankan diri-Nya demi keselamatan manusia, sehingga kita perlu mengungkapkan syukur  akan hal itu dengan mengikuti Ekaristi. Selain itu kita juga perlu merayakan Ekaristi sebagai wujud bahwa kita sungguh mencintai Tuhan yang mengasihi kita. Dengan demikian, kita akan dengan mudah mengikuti Ekaristi dengan penuh persiapan dan dengan penuh makna. 

Selain mengikuti Ekaristi, dalam perintah itu dikatakan pula bahw akita tidak boleh melakukan perkerjaan yang dilarang pada hari itu. Hal ini mengingatkan kita tentang kekudusan hari sabat. 

Dalam Kitab Suci, kita mengetahui bahw Allah menciptakan semesta selama 6 hari dan pada hari ke 7, Allah beristirahat dan menguduskan hari itu. Apakah berarti jika kita bekerja pada hari minggu berarti kita berdosa? Tentu saja tidak selalu demikian. Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan kisah mujizat Yesus yang menyembuhkan seorang wanita kerasukan pada hari sabat yang dikisahkan dalam Injil Lukas 6 ayat 6 sampai 11. Melalui perbuatan-Nya itu, Yesus ingin menunjukkan bahwa tidak semua pekerjaan dilarang pada hari sabat. Hal itu dapat dipertimbangkan berdasarkan kepentingan dan urgensi dari pekerjaan itu. Apakah dengan tidak bekerja, kita dapat merugikan orang lain atau tidak. Maka, mari lebih bijak dalam melaksanakan perintah Tuhan. 

 

Sumber : 
Katekismus Gereja Katolik 
Alkitab Deuterokanonika
https://www.katolisitas.org/ 
https://www.trinitas.or.id/
Sesawi.net