Pertama Kali Misa Inkulturasi Jawa di Stasi Laurensius Parung Panjang, Paroki Rangkas Bitung, Keuskupan Bogor
Parung Panjang, Bogor — Suasana khidmat dan penuh syukur menyelimuti Stasi Santo Laurensius Parung Panjang pada Minggu 10 Agustus 2025, saat untuk pertama kalinya diselenggarakan Misa Inkulturasi Jawa di wilayah Paroki Rangkas Bitung, Keuskupan Bogor ini. Misa ini dipimpin oleh Romo Robertus Untung Hatmoko, didampingi oleh Pastor Paroki Romo Yustinus Joned Saputra, dengan seluruh rangkaian liturgi—mulai dari doa, lagu, musik hingga koor—dibawakan dalam bahasa Jawa yang penuh makna.
Dalam homilinya, Romo Untung mengajak umat untuk meneguhkan kesetiaan dalam iman sebagai orang Katolik. “Kesetiaan itu bukan hanya dalam doa, tetapi harus nyata dalam kehidupan sehari-hari—di rumah, di keluarga, di tempat kerja, di lingkungan, di stasi, dan di masyarakat luas kita berada. Di mana pun kita berada, kita dipanggil untuk menjadi saksi Kristus yang setia,” tegasnya.
Sementara itu, Pastor Paroki Rangkas Bitung, Romo Joned, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari ekspresi iman melalui budaya. “Inkulturasi bukan sekadar estetika, tetapi cara kita menghidupi iman dalam konteks budaya lokal. Ini adalah bentuk penghargaan terhadap kekayaan tradisi Nusantara kita,” ujarnya.
Hal senada disampaikan oleh Ketua Stasi Parung Panjang, Dr. Frederikus Fios, yang dalam sambutannya menyoroti keunikan komunitas Santo Laurensius. “Stasi ini adalah miniatur Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, semua suku ada di sini. Maka penetapan Stasi Parung Panjang sebagai Center of Nusantara Culture adalah langkah tepat yang kami pengurus stasi Periode 2024-2027 patenkan,” ungkapnya.
Dr. Fios juga menambahkan bahwa Stasi Parung Panjang akan terus berkembang dengan menampilkan atraksi budaya seperti musik, tari, lagu, dan pakaian tradisional sebagai warisan budaya Nusantara yang mendukung pertumbuhan iman Katolik. “Kami percaya bahwa iman dan budaya bisa berjalan beriringan, memperkaya satu sama lain, dan membawa Gereja semakin dekat dengan umat,” tutupnya.
Misa Inkulturasi ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan Stasi Parung Panjang menuju status Paroki di masa depan, sekaligus memperkuat identitas Katolik yang berakar dalam budaya lokal yang plural di Bumi Parung Panjang.
Add New Comment